Pages

Selasa, 12 Januari 2010

forza united

"Setan Merah" Inginkan Sebastian Frey

FLORENCE, KOMPAS.com - Agen kiper Fiorentina, Sebastian Frey, Giovanni Branchini, mengungkapkan, Manchester United (MU) menginginkan kliennya pindah ke Old Trafford. Namun, kepastian transfer baru akan didapat pada akhir musim ini.

Sejak awal musim ini, media Inggris rajin menyebut MU membidik sejumlah kiper. Hal ini berkaitan dengan rencana pensiun dan cedera kiper Edwin van der Sar. Kiper cadangan Tomasz Kuszczak dan Ben Foster juga disebut-sebut tak memuaskan pelatih Alex Ferguson.

Menurut Branchini, MU kemudian membidik Frey karena pengalaman dan konsistensinya, terutama musim ini. Lebih jauh dikatakan, negosiasi masih menemui jalan buntu karena Fiorentina menutup pintu negosiasi untuk semua pemain, hingga akhir musim.

"Saya tak bisa membantah bahwa Frey masuk daftar belanja United. Namun, kita harus menunggu sampai akhir musim untuk melihat apa yang terjadi. Fiorentina tak mau bernegosiasi sebelum bulan Mei dan kami harus setuju dengan itu," ungkap Branchini.

"Seba (Frey) mengalami musim yang hebat dan La Viola adalah perhatian utamanya saat ini. Tak ada masalah sama sekali. Kita akan bicara di musim panas nanti," tambahnya.

Musim ini, Frey telah tampil sebanyak 17 kali di Serie-A dan tercatat melakukan 62 penyelamatan dan tujuh kali tak kebobolan. (FBI)

apa kata dunia?????

Wanita Lebih Nafsu pada Pria Lucu
Selasa, 12 Januari 2010 | 12:14 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Dari penelitian diketahui, rasa humor yang baik (good sense of humor) ternyata penting bagi wanita saat memilih pasangan untuk roman. Seorang wanita bahkan bersedia mengabaikan kekurangan seorang pria bila pria tersebut sanggup membuat wanita tertawa.

"Hasil penelitian yang kami peroleh memperlihatkan bahwa humor bisa berpengaruh positif pada daya tarik dan kemungkinan ini semakin besar saat pria menggunakan humor lalu terevaluasi oleh wanita," ungkap Eric Bressler, dari Westfield State College di Massachusetts, AS.

Dalam suatu uji coba, Bressler dan Sigal Balshine dari McMaster University di Ontario, Kanada, mengkaji apakah good sense of humor (GSOH) yang muncul di berbagai iklan jodoh benar-benar membuat iklan itu memiliki perbedaan dibanding iklan yang lain. Kepada sekelompok wanita, peneliti kemudian memperlihatkan foto dua pria yang sama menariknya berikut ringkasan otobiografi yang ditulis kedua pria tersebut. Bedanya, salah satu di antara kedua pria itu memiliki rasa humor dan yang satu lainnya tergolong serius.

Setelah keterangan pada foto itu diubah-ubah, dan kemudian kepada sekelompok pria juga diperlihatkan dua foto wanita dengan dua keterangan yang berbeda, kedua kelompok berjenis kelamin berbeda itu diminta menentukan mana yang akan mereka pilih sebagai pasangan roman.

Hasilnya, mereka yang digambarkan memiliki rasa humor lebih bisa diterima secara sosial, tetapi dianggap kurang bisa dipercaya, kurang jujur, dan kurang pintar. Umumnya pria tidak memilih orang yang lucu, tetapi ternyata perempuan menyukainya.

"Wanita memilih pria yang lucu sebagai pasangannya, bahkan meski mereka menilai pria lucu itu kurang jujur dan kurang pandai. Pria lucu tetap lebih disukai meski humor yang mereka perlihatkan sama sekali tidak sophisticated," tulis periset di jurnal Evolution and Human Behavior. (@ JJW)

Sabtu, 09 Januari 2010

PKS TROSO

Serah Terima Jabatan; Jawaban Atas Eksistensi PKS
Oleh: *Afiq Foranda

Demi cintaku kepada para pemakai jalan
Aku berjanji
Aku kan berbakti dan mengambdi kepadamu

Demikian kalimat yang terucap pada awal perjalanan kawan- kawan pegiat Patroli Keamanan Sekolah ( PKS ) MH Troso saat menjalankan tradisi rutin serah terima jabatan pada pertengahan juni kemarin. Tatanan wajah sangar dengan coretan hitam menandakan kegarangan serta kesigapan anggota PKS yang teridentikkan sebagai mitra kepolisian yang selalu siap untuk menjaga keamanan lalu lintas di lingkungan sekolah. Kegiatan serah terima jabatan pada tahun ini merupakan kegiatan yang ke tujuh kalinya sejak di deklarasikanya PKS di MH Troso oleh kepolisian Resort Jepara tujuh tahun silam. suatu perjalanan umur yang tidak bisa dikatakan pendek, tujuh tahun merupakan langkah yang tidak mudah untuk mewujudkan suatu kata eksistensi. Dan terbukti berbagai cabang permasalahan selalu ikut andil dalam perjalanan PKS MH Troso, mulai dari aspek internal yang selalu direpotkan dengan kuantitas para anggota, juga aspek eksternal dimana selalu saja ada pihak luar yang mengoar- ngoarkan ketidak cocokanya kepada PKS dengan berbagai dalih yang mereka luncurkan. Namun semua itu tidak pernah mampu menyurutkan semangat para anggota PKS untuk selalu tetap eksis dimata warga MH Troso. Terbukti, hingga sekarang PKS MH Troso masih mampu berdiri tegak dengan posisi siap untuk selalu mengawal ketertiban lalu lintas di lingkungan MH Troso. Serah terima jabatan menjadi bukti yang nyata bahwasanya PKS MH Troso hingga sekarang masih mampu menunjukan keberadaanya.
Bukan Sebatas Tradisi
Serah terima jabatan bukan hanya sebatas tradisi saja, akan tetapi ada nilai education yang terdapat didalamanya, hal ini telah terlihat jelas bahwasanya konsep yang diterapkan dalam acara ini tak lain dan tak bukan memiliki tujuan untuk memantapkan para generasi pengurus baru untuk mampu menguasai semua bidang pengetahuan yang terdapat dalam PKS. “Salah satu contoh yang mampu dijadikan bukti bahwa kegiatan serah terima jabatan ini memang sarat akan education adalah adanya pendalaman materi tentang ke PKS-an, yang dalam hal ini para anggota yang nantinya akan menduduki posisi pengurus baru dituntut mampu menguasai hal tersebut, dengan bertujuan agar kelak selalu siap dalam membimbing para adek- adeknya” tutur ion( senior PKS angkatan ketiga). Tak beda dengan pengungkapan Robbi ( senior angkatan ke-4) yang menyatakan bahwa “dalam kegiatan serah terima jabatan ini bertujuan untuk mempersiapkan para pengurus baru agar besok mampu membimbing adek- adeknya dengan baik, ya supaya gak kelihatan o’on didepan adek- adeknya”. Jadi sudah terlihat jelas bahwasanya kegiatan serah terima jabatan memang bagus untuk selalu dijalankan, ini dikarenakan melihat bahwa dalam memimpin selama satu periode memang diperlukan persiapan yang matang bagi pengurus PKS agar dalam kepemimpinanya mampu membawa perubahan yang lebih baik. Tentunya suatu tradisi yang harus selalu dijalankan agar generasi PKS kedepan mampu berkiprah dengan baik dimasyarakat. dan hanya satu kata dari redaksi sebagai wujud motivasi kepada kawan- kawan PKS agar selalu semangat dan semangat, serta Lanjutkan!

Penulis adalah pemerhati perkembangan PKS MH Troso*

Senin, 04 Januari 2010

Gajah Mada
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain dari Gajah Mada, lihat Gajah Mada (disambiguasi).Gajah Mada

Mahapatih Majapahit
Masa jabatan
k.1334 – k.1359
Monarki Tribhuwana Wijayatunggadewi, Hayam Wuruk
Pendahulu Aryo Tadah (Mpu Krewes)
Pengganti 6 mahamantri agung

Meninggal 1364
Belum Teridentifikasi
Kebangsaan Majapahit


Gajah Mada adalah salah satu tokoh besar pada zaman kerajaan Majapahit. Menurut berbagai kitab dari zaman Jawa Kuno, ia menjabat sebagai Patih (Menteri Besar), kemudian Mahapatih Amangkubumi (Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya. Ia terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang menyatakan bahwa ia tidak akan memakan palapa sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Di Indonesia pada masa kini, ia dianggap sebagai salah satu pahlawan penting[1] dan merupakan simbol nasionalisme.
Etimologi

Sempat diperdebatkan tentang arti "Gajah" pada nama Gajah Mada dikarenakan di pulau Jawa tidak ada gajah. [2]. Namun ada beberapa pendapat yang dapat memastikan arti dari "Gajah" tersebut. Ada yang mengatakan bahwa Gajah Mada berasal dari pulau Sumatra. [3] Namun ada pula yang menyebutkan bahwa kata "Gajah" pada namanya dalam agama hindu gajah adalah binatang yang memiliki kekhususan tersendiri dan dikenal oleh penganut hindu secara luas bahkan yang tidak pernah melihat wujud gajah sekalipun. [4] Sementara kata "Mada" dalam bahasa Minang artiya kebal. Namun dalam upacara ritual Pancamakarapuja yakni upacara memuja Bhairawa yang dilakukan oleh para penganut aliran Tantrayana yaitu cara yang dilakukan oleh umat Hindu dan Budha untuk dapat bersatu dengan dewa pada saat mereka masih hidup karena pada umumnya mereka bersatu atau bertemu dengan para dewa pada saat setelah meninggal sehingga mereka melakukan upacara jalan pintas. Yang mana Pancamakarapuja adalah upacara ritual dengan melakukan 5 hal ybang dilarang dikenal dengan 5 Ma:
Mada atau mabuk-mabukan
Maudra atau tarian melelahkan hingga jatuh pingsan
Mamsa atau makan daging mayat dan minum darah
Matsya atau makan ikan gembung beracun
Maithuna atau bersetubuh secara berlebihan

Jika arti kata "Mada" adalah mabuk-mabukan. Jika demikian, maka kemungkinan nama Gajah Mada adalah nama julukan, bukan nama asli. Ada yang mengatakan nama kecil Gajah Mada adalah Pipil.[5]
[sunting]
Asal-usul

Tidak diketahui sumber sejarah mengenai kapan dan di mana Gajah Mada lahir. Beberapa spekulasi tentang asal Gajah Mada berdasarkan legenda nusantara adalah sebagai berikut:
Jawa[rujukan?]

Ada yang berpendapat bahwa ia berasal dari daerah Modo (Lamongan), karena di daerah ini banyak ditemukan prasasti-prasasti yang diduga kuat peninggalan Majapahit, termasuk adanya beberapa makam kuno prajurit dan makam kuno yang diduga masyarakat setempat sebagai makam ibunda Gajah Mada, yaitu Nyai Andong Sari. Selain itu daerah ini teratur rapi, sehingga seperti suatu bekas tanah perdikan.
Sumatera

Pendapat lain meyakini bahwa Gajah Mada berasal dari Sumatera, karena menurut pakar sejarah Dr. Imran[siapa?], di dalam Bahasa Jawa tidak dikenal istilah Gajah Mada. Kata Gajah dan Mada berasal dari Bahasa Melayu (Minang).[rujukan?] Kata Mada artinya berhati keras tidak mau surut sebelum cita-citanya tercapai. Itu tercermin dari sifat Gajah Mada yang dicerminkan pada Sumpah Palapanya.[6]
Nusa Tenggara Barat[rujukan?]

Masyarakat Bima khususnya Dompu percaya kalau Gajah Mada berasal dari daerah ini, mengingat kemiripan dengan tokoh legenda masyarakat Dompu yaitu "ombu Mada Roo Fiko". Ombu artinya tebal/ besar. Mada artinya mata, Roo artinya dan. Fiko artinya telinga. Jadi ditafsirkan sebagi Tuan Mada bertelinga lebar (seperti gajah). Di daerah ini juga terdapat kuburan kuno yang diyakini sebagai makam Gajah Mada.
Nusa Tenggara Timur

Masyarakat Sabu-Raijua di Nusa Tenggara Timur (NTT), juga meyakini bahwa Gajah Mada berasal dari daerah ini. Keyakinan tersebut dipertegas pula oleh budayawan NTT, alm. Robert Riwu Kaho, dalam karyanya yang berjudul "Orang Sabu dan Budayanya" (Jogja: Global Media, 2005). Ia mengemukakan beberapa alasan, yaitu nama Gajah Mada bukanlah nama yang lazim disandang orang Jawa, karena orang Jawa akan mengucapkan nama itu Gajah Mendo. Hanya di Sabu dan Raijua saja orang menyandang nama-nama seperti Gaja, Mada, Me'do, Mo'jo, Jaka, Raja, Ratu, Laki, dst. Lalu, warna "merah-putih" yang diagungkan Gajah Mada dan Majapahit adalah warna "gula-kelapa" dan "air ketuban" yang menjadi lambang orang Sabu sejak zaman dahulu kala.

Alasan Robert Riwu Kaho di atas diperkuat pula oleh syair-syair kuno yang dilantunkan pada saat upacara-upacara adat di Namata, yang mana ada terucap nama Gaja Med'o yang disebutkan sebagai perantau asal Sabu yang menjadi Tuan Besar di tanah Jawa dan menjadi panglima bala tentara Nusantara.

Di samping itu pula, ada hal lain, yaitu keputusan Majapahit untuk menjadikan Sabu-Raijua sebagai pangkalan utama angkatan laut Majapahit untuk mengontrol pintu gerbang selatan Nusantara. Di samping pertimbangan strategis, tentu ada unsur psikologis yang menjadi pendorong bagi si Decision Maker (Gajah Mada). Karena harusnya ada kepulauan Rote yang lebih di selatan lagi.

Antropolog asal NTT, Nico L. Kana, dalam bukunya berjudul "Dunia orang Sawu" (Jakarta: Sinar Harapan, 1983), pun menyinggung tentang Gajah Mada yang besar kemungkinan, memang berasal dari Sabu-Raijua.
Kalimantan Barat[rujukan?]

Ada pula yang meyakini Gajah Mada itu merupakan orang Dayak, Kalimantan Barat, yaitu dari sebuah kampung di Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Sebagian masyarakat Dayak mempercayai hal ini berkaitan dengan kisah masyarakat Dayak Tobag, Mali, Simpang dan Dayak Krio. Tokoh Gajah Mada di Dayak Krio dikenal dengan nama Jaga Mada, namun masyarakat Dayak lainnya menyebutnya Gajah Mada. Ia dianggap merupakan salah satu Demung Adat yang diutus kerajaan Kutai untuk menjajah Nusantara termasuk Jawa.[7]
[sunting]
Awal karir

Menurut Pararaton, Gajah Mada memulai karirnya di Majapahit sebagai komandan pasukan khusus Bhayangkara. Karena berhasil menyelamatkan Prabu Jayanagara (1309-1328) dan mengatasi Pemberontakan Ra Kuti, ia diangkat sebagai Patih Kahuripan pada tahun 1319. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.

Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Ia menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui. Ia ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang melakukan pemberotakan terhadap Majapahit. Keta dan Sadeng pun akhirnya takluk. Akhirnya, pada tahun 1334, Gajah Mada diangkat secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi sebagai Patih Majapahit.
[sunting]
Sumpah Palapa

Pada waktu pengangkatannya, ia mengucapkan Sumpah Palapa, yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) jika telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton berikut:[8]

Sebuah arca yang diduga menggambarkan rupa Gajah Mada. Kini disimpan di museum Trowulan.

Mojokerto.“ Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa ”

Arti
Gajah Mada sang Mahapatih tak akan menikmati palapa, berkata Gajah Mada, "Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pahang, Dompu, Pulau Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.

Walaupun ada sejumlah (atau bahkan banyak) orang yang meragukan sumpahnya, Patih Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Bedahulu (di Bali) dan Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai, dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra) telah ditaklukkan. Lalu Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kendawangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Solok, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

Di zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Patih Gajah Mada terus mengembangkan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwu, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.
[sunting]
Perang Bubat

Dalam Kidung Sunda[9] diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk hendak menikahi Dyah Pitaloka putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu, Patih Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya.

Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh "Madakaripura" yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.
[sunting]
Akhir hidup

Disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, ia menjumpai bahwa Gajah Mada telah sakit. Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi.

Hayam Wuruk kemudian memilih enam Mahamantri Agung, untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara.
[sunting]
Warisan budaya

Lukisan kontemporer Gajah Mada karya I Nyoman Astika.

Sebagai salah seorang tokoh utama Majapahit, nama Gajah Mada sangat terkenal di masyarakat Indonesia pada umumnya. Pada masa awal kemerdekaan, para pemimpin antara lain Sukarno sering menyebut sumpah Gajah Mada sebagai inspirasi dan "bukti" bahwa bangsa ini dapat bersatu, meskipun meliputi wilayah yang luas dan budaya yang berbeda-beda. Dengan demikian, Gajah Mada adalah inspirasi bagi revolusi nasional Indonesia untuk usaha kemerdekaannya dari kolonialisme Belanda.

Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta adalah universitas negeri yang dinamakan menurut namanya. Satelit telekomunikasi Indonesia yang pertama dinamakan Satelit Palapa, yang menonjolkan perannya sebagai pemersatu telekomunikasi rakyat Indonesia. Banyak kota di Indonesia memiliki jalan yang bernama Gajah Mada, namun menarik diperhatikan bahwa tidak demikian halnya dengan kota-kota di Jawa Barat.

Buku-buku fiksi kesejarahan dan sandiwara radio sampai sekarang masih sering menceritakan Gajah Mada dan perjuangannya memperluas kekuasaan Majapahit di nusantara dengan Sumpah Palapanya, demikian pula dengan karya seni patung, lukisan, dan lain-lainnya.